Monday, January 9, 2012

Tentang masalah Gigi dan Mulut

Kesehatan gigi dan mulut sangat mempengaruhi kesehatan seluruh tubuh

Gigi yang kuat dan bersih, nafas segar, gusi berwarna merah jambu dan tidak mudah berdarah, merupakan idaman setiap orang. Tapi hampir semua orang pernah bermasalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya.

Ada yang karena berlubang (caries), gusi (gingivitis), radang jaringan penyangga gigi (periodontitis), sariawan (stomatitis aphtosa), maupun bau mulut (halitosis). Sehingga menjaga kesehatan mulut amatlah penting, apalagi hal tersebut berkaitan dengan penampilan diri.


Terlebih lagi, mulut tak hanya bagian permulaan dari sistem pencernaan, namun juga cerminan penampilan diri seseorang. Jika bagian mulut dan gigi tidak diberi perhatian, kesannya dapat dilihat pada gigi yang tidak bersih dan rusak, disamping bau mulut tak sedap. Sakit gigi juga bisa menghambat aktivitas sehari-hari. Bahkan seseorang menjadi lebih cepat emosi kala sakit gigi.

Hal tersebut dibenarkan drg. Dian Tjahyawati dari RS. Bunda, Jakarta, apalagi rongga mulut mempunyai dua fungsi utama,yakni sebagai pintu gerbang untuk nutrisi dan sebagai sarana komunikasi verbal. Kedua fungsi tersebut sangat penting dalam tumbuh kembang seseorang. Jika keadaan mulut sehat, nutrisi akan mudah masuk ke dalam tubuh, sehingga dapat terpenuhi kebutuhan untuk proses tumbuhnya.

Keadaan mulut yang sehat juga sangat penting sebagai sarana komunikasi dengan orang lain. “Tak sedikit orang yang merasa kurang percaya diri kala harus berbicara dengan orang lain, akibat bau mulut yang menyengat,” ungkap drg. Dian.

Selain itu, pada keadaan tertentu, rongga mulut berfungsi sebagai saluran nafas atas, misalnya pada saat infeksi yang disertai dengan sumbatan hidung.

Saling berhubungan
-----------------------
Biasanya orang cenderung memisahkan kesehatan mulut dengan kesehatan umum keseluruhan, dan mereka tidak menyadari bahwa keduanya saling berhubungan. Kenyataannya, kesehatan gigi dapat mempengaruhi kesehatan. Kesehatan mulut sama penting dengan kesehatan tubuh lain.

Pasalnya, jika gigi berlubang maka proses pengunyahan terganggu sehingga makanan yang dimakan tidak halus. Hal tersebut dapat menggangu organ pencernaan lainnya karena kerja organ pencernaan terlalu berat yang mengakibatkan proses pencernaan dan penyerapan makanan tidak sempurna. Sedangkan gigi yang sehat dan tanpa lubang serta jumlah gigi tak berkurang banyak, otomatis proses pengunyahan sempurna dan kerja organ pencernaan pun dapat bekerja dengan baik.

Bahkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas North Carolina di Chapel Hill yang dipublikasikan pada salah satu situs kesehatan mengungkapkan pengaruh gigi yang buruk dapat memicu kondisi lain, seperti penyakit jantung, stroke, bahkan meningkatkan resiko kelahiran prematur. Hal ini juga diketahui bahwa wanita hamil dengan penyakit gusi berpengaruh pada kelahiran bayi dengan berat rendah dan melahirkan sebelum waktunya.

Senada dengan hasil penelitian tersebut, drg. Dian membenarkan bahwa orang dengan penyakit gusi juga memiliki risiko jelas menderita serangan jantung dibanding mereka yang tidak memiliki penyakit gusi. Pasalnya, penyakit gusi mengakibatkan infeksi bakteri yang dapat merusak pembuluh darah kecil yang mengantarkan oksigen dan nutrisi.

“Jika pembuluh darah rusak, bakteri masuk dalam sirkulasi tubuh secara umum. Setelah masuk dalam aliran darah, bakteri dapat membentuk plakat bakteri. Gangguan pada plakat ini dapat memicu serangan jantung atau stroke dan memicu peradangan pemburuh darah, yang menyumbat arteri,” jelas dokter jebolan Universitas Indonesia ini.

Karies gigi
-----------
Tak sedikit yang menyadari pentingnya perawatan gigi hanya saat gigi telah berlubang. Bahkan kita sering menunda melakukan pemeriksaan karena gigi yang berlubang tidak menimbulkan rasa sakit. Jika sudah terasa sakit barulah melakukan pemeriksaan ke dokter.

Padahal lubang gigi yang terlalu dalam dapat mengenai syaraf gigi sehingga menimbulkan sakit yang luar biasa. Apalagi lubang gigi tersebut kerap menjadi timbunan sisa-sisa makanan yang dapat menyebabkan infeksi pada syaraf gigi akibat pembusukan sisa-sisa makanan dan menimbulkan peradangan hingga ke syaraf gigi.

Dokter Dian mengungkapkan tak semua gigi berlubang nampak dengan kasat mata. Padahal bagian dalam gigi telah terbentuk lubang yang besar pada bagian dalam dan menyebabkan infeksi pada syaraf gigi. “Kerusakkan gigi yang dikenal dengan karies gigi merupakan penyakit yang menyebabkan kerusakkan gigi, bahkan gigi menjadi berlobang. Karies gigi disebabkan oleh bakteria di dalam plague gigi yang berada dipermukaan gigi,” ujar drg. Dian. Plague gigi merupakan lapisan tipis yang terdiri dari sisa-sisa makanan dan sel-sel epitel yang mati. Ini merupakan media bagi pertumbuhan bakteri.

Dokter kelahiran Jakarta 46 tahun silam ini mengakui kerap menemui pasien yang kondisi giginya bagus namun saat makan manis dan minum air dingin, giginya terasa nyeri dan linu. Hal ini merupakan tanda telah terjadi kebocoran di antara email dan harus segera ditangani sebelum karies atau lubang giginya membesar dan masuk ke syaraf gigi. Jika dibiarkan akan terjadi peradangan pada syaraf gigi.

Infeksi tersebut menimbulkan suatu abses atau pembengkakan pada gusi atau gusi bernanah. Hal tersebut ditandai dengan rasa nyeri saat makan dan linu saat minum dingin atau panas. “Jika infeksi tersebut dibiarkan dapat membentuk suatu kista dan infeksinya bisa menjalar ke daerah tubuh lainnya. Bahkan dapat menyebabkan kanker mulut,” ungkapnya.

Oleh karena itu, drg. Dian menyarankan untuk menghindari makanan yang padat gula. Selain itu, orang tersebut secara berkala melakukan pemeriksaan berkala dengan dokter untuk membersihkan karies sedini mungkin.

Peradangan gusi (gingivitis)
------------------------------
Peradangan gusi (gingivitis) atau pembengkakan gusi disebabkan oleh racun yang dihasilkan bakteri yang bertumpuk sekian lama di gigi dan gusi. Gingivitis sering terjadi karena adanya lubang pada gigi hingga mengenai syaraf gigi. Selain itu, pembengkakan gusi tersebut juga seringkali terjadi akibat menggosok gigi terlalu keras sehingga gusi terbuka dan terjadi penimbunan plak.

Penimbunan plak yang terlalu lama mengakibatkan terjadinya karang gigi. Padahal, penimbunan karang gigi yang terlalu banyak akan menekan gusi ke bawah dan terjadi pembukaan gusi. “Kondisi gusi terbuka inilah yang membuat gusi meradang dan bernanah serta berdarah kala menggosok gigi, bahkan hanya mengecap udara sedikit saja dapat keluar darah yang disertai bau yang menyengat,” papar drg. Dian.

Perlindungan terbaik melawan gingivitis, lanjutnya, adalah menggosok gigi dengan benar dan menggunakan benang floss untuk melenyapkan bakteri dan mulut. Oleh karena itu, jika menyikat gigi, lakukan tanpa tekanan dan gosok sampai ke leher gigi. Karena sering kali orang lupa menggosok leher gigi.

Rasa linu tersebut akibat lapisan leher gigi ke bawah tak dilindungi email, kata drg. Dian, padahal yang dilindungi email hanya mahkota hingga leher gigi. Jika infeksi tersebut mencapai jaringan tulang maka menimbulkan periodontitis (radang jaringan penyangga gigi).

Pengobatannya pun menurut drg. Dian diberikan beberapa obat untuk menyembuhkan infeksi tersebut. Sedangkan jika sudah meradang hingga jaringan penyangga gigi, harus dilakukan pembersihan infeksi dengan membuka jaringan gusi.

Sariawan
--------------
Penyakit mulut lain yang sering diderita adalah sariawan. Menurut drg. Dian, sariawan atau luka pada rongga mulut tersebut terjadi akibat gigitan pada lidah atau dinding mulut saat mengunyah makanan dan akibat sikat gigi yang terlalu keras sehingga timbul luka.

Selain itu, sariawan bisa terjadi akibat kekurangan vitamin C atau B kompleks atau pun akibat suhu dalam tubuh yang tinggi sehingga timbul luka dalam rongga mulut. Luka inilah yang kemudian berkembang menjadi sariwan. “Untuk pengobatannya, penderita hanya diberikan obat untuk mengeringkan sariawan tersebut dan diberi vitamin yang dibutuhkan tubuh,” ujarnya.

Bau mulut
--------------

Penyebab bau (halitosis) mulut bisa berasal dari mulut, atau juga dari rongga sekitarnya. Jika bau nafas yang sebelumnya normal berubah menjadi bau segera setelah mengonsumsi makanan tertentu, maka penyebabnya tentu adalah makanan-makanan tersebut. Apalagi ada banyak makanan yang dapat menimbulkan bau mulut, seperti petai, jengkol, bawang merah, bawang putih, kol dan lain sebagainya.

Selain itu, merokok, minuman beralkohol, vitamin (terutama dalam dosis tinggi), dan obat-obatan tertentu juga bisa menyebabkan bau mulut. Namun kebersihan dan kesehatan gigi serta rongga mulut merupakan faktor pertama yang harus diperiksa pada seseorang yang menderita halitosis. Kebersihan gigi yang buruk, karies gigi, abses gigi, impaksi gigi, penyakit gusi (gingivitis, periodontitis), semuanya dapat menjadi penyebab halitosis.

Nafas bau kronis biasanya disebabkan oleh bakteri yang menghasilkan partikel sulfur berbau tak sedap karena mencerna makanan tersisa di gigi. Secara normal air ludah membantu mengurangi nafas tak sedap dengan membawa keluar makanan dengan airnya dan mencairkan partikel sulfur. Orang dengan mulut kering tidak punya cukup air ludah.

Mulut kering dapat disebabkan oleh sejumlah faktor termasuk penggunaan obat-obatan tertentu atau sedang melakukan diet sehingga tidak menghasilkan cukup ludah. Selain itu, Perubahan hormonal juga menyebabkan bau mulut dan hal ini terjadi pada kaum wanita sesaat sebelum menstruasi.

Bau tak sedap juga bisa timbul akibat tumbuhnya jamur di permukaan lidah. Karenanya biasakan diri menggosok gigi dan lidah secara rutin, selain menghindari gigi berlubang.

Oleh karena itu, dokter gigi umumnya merekomendasikan untuk menggosok gigi dua kali sehari. Lebih dari itu dikhawatirkan akan menghilangkan gusi dan merusak gigi. Sedangkan kurang dari dua kali tidak cukup mengendalikan bakteri yang ada di dalam mulut.

Drg. Dian menyarankan untuk menghilangkan bau mulut, seseorang harus membersihkan karang gigi yang ada agar tidak membuat gigi berlubang. Sebaiknya juga melakukan pembersihan karang gigi setiap enam bulan sekali, tetapi jika kondisi karang giginya cukup parah, pembersihan dilakukan sekali dalam jangka waktu dua bulan.

Sedangkan untuk bau mulut akibat gigi berlubang dan adanya peradangan jaringan penyangga gigi (periodontitis), harus dilakukan pembersihan tulang rahang dengan membuka gusi untuk membersihkan infeksi yang terjadi.



Cegah bau mulut;
----------------------------
• Pelihara kebersihan mulut dengan cara menggosok gigi dan lidah terutama lidah dengan lapisan keputihan yang tebal atau setiap kali setelah makan.
• Bersihkan sela-sela gigi dan pinggir gusi dengan menggunakan benang gigi (dental floss) kemudian kumur-kumur
• Gunakan cairan pencuci mulut/penyegar mulut (mouthwash) seperlunya, jangan terus menerus karena dapat menyebabkan terganggunya flora normal di dalam mulut.
• Periksa rutin ke dokter gigi tiga bulan sekali
• Mengubah kebiasaan dan diet ; merokok mempunyai efek memperburuk status kebersihan mulut yang memicu terjadinya gingivitis dan periodontitis, alkohol dapat mengurangi produksi air liur yang akan memperparah bau mulut dan mengiritasi mukosa mulut.

No comments:

Post a Comment